Hadits-hadits Baathil dan Palsu (2)


1. Diriwayatkan oleh Al-’Allaamah Ibnul Jauziy rahimahullah :

أَنْبَأَنَا أَبُو مَنْصُورِ بْنُ خَيْرُونٍ ، قَالَ : أَنْبَأَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْجَوْهَرِيِّ ، عَنْ أَبِي الْحَسَنِ ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ الدَّارَقُطْنِيِّ ، عَنْ أَبِي حَاتِمِ بْنِ حَبَّانَ الْحَافِظُ ، قَالَ : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ ، قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سُلَيْمَانَ بْنِ عُمَيْرَةَ ، قَالَ : حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ زِيَادٍ الْبَاهِلِيُّ ، قَالَ : حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ ، عَن سَعِيد بْن أَبِي عروبة ، عَنْ قَتَادَةَ ، عَنْ زُرَارَةَ بْنِ أَوْفَى ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” لَمَّا أُسْرِيَ بِي إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ مَرَّ بِي جِبْرِيلُ بِقَبْرِ أَبِي إِبْرَاهِيمَ . فَقَالَ : يَا مُحَمَّدُ ، أنزل فَصَلِّ هُنَا رَكْعَتَيْنِ ، ثُمَّ مَرَّ بِي بِبَيْتِ لَحْمٍ ، فَقَالَ : أنزل فَصَلِّ هُنَا رَكْعَتَيْنِ ، فَإِنَّ هَاهُنَا وُلِدَ أَخُوكَ عِيسَى ، ثُمَّ أَتَى بِي إِلَى الصَّخْرَةِ . فَقَالَ : يَا مُحَمَّدُ ، مِنْ هَاهُنَا عَرَجَ رَبُّكَ إِلَى السَّمَاءِ “
Telah memberitakan kepada kami Abu Manshuur bin Khairuun, ia berkata, telah memberitakan kepada kami Abu Muhammad Al-Husain bin ‘Aliy bin Al-Jauhariy, dari Abul Hasan, dari Ibnu ‘Umar Ad-Daaruquthniy, dari Abu Haatim bin Hibbaan Al-Haafizh, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ahmad bin Ibraahiim, ia berkata, telah menceritakan kepada kami ‘Abdullaah bin Sulaimaan bin ‘Umairah, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Bakr bin Ziyaad Al-Baahiliy,  ia berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubaarak, dari Sa’iid bin Abi ‘Aruubah, dari Qataadah, dari Zuraarah bin Aufa, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ketika aku hendak di-Isra’kan menuju Baitul Maqdis, Jibriil membawaku melewati kubur ayahku, Ibraahiim, ia berkata, “Wahai Muhammad, turun dan shalatlah disini 2 raka’at.” Kemudian Jibriil membawaku melewati Baitul Lahm, ia berkata, “Turun dan shalatlah disini 2 raka’at, sesungguhnya disinilah tempat kelahiran saudaramu ‘Isaa.” Kemudian kami tiba di Ash-Shakhrah. Jibriil berkata, “Wahai Muhammad, dari sinilah kau akan naik ke langit menuju Rabbmu.”
[Al-Maudhuu’at Al-Kubra 1/113]

Dikeluarkan juga oleh As-Suyuuthiy (Al-La’ali Al-Mashnuu’ah 1/12), Muhammad bin Thaahir Al-Maqdisiy (Tadzkiratul Huffaazh no. 637), Abul Ma’aaliy Ibnul Marja Al-Maqdisiy (Fadhaa’il Baitul Maqdis no. 30), Asy-Syaukaaniy (Al-Fawaa’id Al-Majmuu’ah no. 1268), Ibnu ‘Iraaq Al-Kinaaniy (Tanziih Asy-Syarii’ah 1/137), Adz-Dzahabiy (Mukhtashar Al-Abaathiil wa Al-Maudhuu’at hal. 38).

Kecacatan pada hadits ini terletak pada :
Bakr bin Ziyaad Al-Baahiliy. Ibnu Hibbaan berkata “syaikh dajjaal, memalsukan hadits orang-orang tsiqah. Tidak halal meriwayatkan haditsnya dalam kitab kecuali untuk menjelaskan kerusakan didalamnya”, Adz-Dzahabiy dan Ibnu Hajar Al-’Asqalaaniy menyetujui Ibnu Hibbaan, Ibnu Hajar menambahkan bahwa Ath-Thuusiy menyebutkan Bakr bin Ziyaad dalam rijal syi’ah yang meriwayatkan dari Ja’far Ash-Shaadiq. Ibnul Jauziy berkata “pendusta dan pemalsu hadits”. [Al-Majruuhiin hal. 196; Miizaan Al-I’tidaal 2/60-61; Lisaan Al-Miizaan no. 191; Adh-Dhu’afaa’ wa Al-Matruukiin li Ibnul Jauziy no. 641]

Hadits ini tidak diragukan lagi oleh para ulama hadits adalah hadits palsu tanpa adanya perbedaan pendapat mengenainya.

2. Diriwayatkan oleh Al-Imaam Al-Juurqaaniy rahimahullah :

أَخَبَرَنَا أَبُو نَهْشَلٍ عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ الْفَضْلِ بْنِ أَحْمَدَ الْعَنْبَرِيُّ الْأَصْبَهَانِيُّ ، فِيمَا كَتَبَ إِلَيَّ مِنْ أَصْبَهَانَ ، أَخْبَرَنَا أَبُو السَّعَادَاتِ أَحْمَدُ بْنُ مَنْصُورِ بْنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ الْقَاسِمِ ، أَخْبَرَنَا أَبُو الْحَسَنِ عَلِيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْكَرْخِيُّ ، بِهَرَاةَ فِي دَارِهِ بِشَهْرِسْتَانَ ، قَالَ : حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَيُّوبَ الطَّبَرَانِيُّ ، قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ ، حَدَّثَنِي أَبِي ، قَالَ : حَدَّثَنَا مُؤَمِّلُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، قَالَ : حَدَّثَنَا أَبُو أُمَيَّةَ بْنُ يَعْلَى ، عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ ، عَنْ عِكْرِمَةَ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ فِي كُلِّ لَيْلَةِ جُمُعَةٍ إِلَى دَارِ الدُّنْيَا فِي سِتِّ مِائَةِ أَلْفِ مَلَكٍ ، فَيَجْلِسُ عَلَى كُرْسِيٍّ مِنْ نُورٍ ، بَيْنَ يَدْيَهِ لَوْحٌ مِنْ يَاقُوتَةٍ حَمْرَاءَ ، فِيهِ أَسْمَاءُ مَنْ يُثْبِتُ الْرُؤْيَةَ وَالْكَيْفِيَّةَ وَالصُّورَةَ مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ فَيُبَاهِي بِهِمُ الْمَلَائِكَةَ ، وَيَقُولُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : هَؤُلَاءِ عَبِيدِيَ الَّذِينَ لَمْ يَجْحَدُونِي ، وَأَقَامُوا سُنَّةَ نَبِيِّي ، وَلَمْ يَخَافُوا فِي اللَّهِ لَوْمَةَ لَائِمٍ ، أُشْهِدُكُمْ يَا مَلَائِكَتِي ، وَعِزَّتِي وَجَلَالِي لَأُدْخِلَنَّهُمُ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ “
Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Nahsyal ‘Abd As-Shamad bin Ahmad bin Al-Fadhl bin Ahmad Al-Anbariy Al-Ashbahaaniy, dengan mencatatnya dari Ishbahan, telah mengkhabarkan kepada kami Abu As-Sa’aadaat Ahmad bin Manshuur bin Al-Hasan bin ‘Aliy bin Al-Qaasim, telah mengkhabarkan kepada kami Abul Hasan ‘Aliy bin Ibraahiim Al-Karkhiy, di kota Herat di Syahristan, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Sulaimaan bin Ahmad bin Ayyuub Ath-Thabaraaniy, ia berkata, telah menceritakan kepada kami ‘Abdullaah bin Ahmad bin Hanbal, telah menceritakan kepadaku Ayahku, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Mu’ammal bin ‘Abdurrahman, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Umayyah bin Ya’la, dari Sa’iid Al-Maqburiy, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bahwa Allah ‘Azza wa Jalla turun ke langit dunia setiap Jum’at malam bersama 600000 malaikat, Dia duduk di kursiNya yang terbuat dari cahaya, di antara kedua tanganNya terdapat lauh dari batu permata berwarna merah, didalamnya terdapat nama-nama umat Muhammad yang telah ditetapkan melihat bentuk dan wujud Allah (di surga kelak) lalu Allah membanggakan mereka kepada para malaikat, Allah Tabaaraka wa Ta’aala berfirman, “Mereka adalah para hamba yang tidak mengingkariKu, mendirikan sunnah Nabi, tidak takut terhadap celaan orang kepada Allah. Saksikanlah oleh kalian, wahai para malaikatKu, demi kemuliaan dan keagunganKu, Aku akan memasukkan mereka ke dalam surga dengan tanpa hisab.”
[Al-Abaathiil wa Al-Manaakiir no. 75]

Dikeluarkan juga oleh As-Suyuuthiy (Al-La’ali Al-Mashnuu’ah 1/26), Asy-Syaukaaniy (Al-Fawaa’id Al-Majmuu’ah no. 1278), Ibnu ‘Iraaq Al-Kinaaniy (Tanziih Asy-Syarii’ah 1/138), Ibnul Jauziy (Al-Maudhuu’at Al-Kubra 1/122).

Kecacatan pada hadits ini terletak pada :
Abu As-Sa’aadaat. Ahmad bin Manshuur bin Al-Hasan bin ‘Aliy bin Al-Qaasim. Meriwayatkan dari murid-murid Ath-Thabaraaniy. Yahya bin Mandah berkata “mulhid zindiiq kadzaab”, Adz-Dzahabiy berkata “dia seorang syaikh mujassim yang tidak takut Allah dan dari adzabNya, ia seorang pembuat fitnah” dan Ibnu Hajar menyepakatinya, Ibnul Jauziy berkata “hadits ini adalah hasil rekayasa Abu As-Sa’aadaat -semoga Allah menyengsarakannya-, ia mempunyai madzhab yang buruk, dan hadits ini terdiri dari para perawi yang tidak dikenal sama sekali didalam agama ini, semoga Allah memuliakan Ath-Thabaraaniy dan para perawi sepertinya dari riwayat palsu semisal hadits ini”, Al-Juurqaaniy berkata “Abu As-Sa’aadaat bermadzhab buruk dan Al-Karkhiy adalah perawi majhul, sama sekali tidak dikenal dari para periwayat hadits, bahkan nama dan nasabnya adalah rekayasa yang dibuat-buat Abu As-Sa’aadaat untuk membaguskan kedustaannya, Ath-Thabaraaniy berlepas diri dari riwayat-riwayat semacam ini dan ‘Abdullaah bin Ahmad adalah termasuk para perawi tsiqah yang mu’tamad, mereka pun berlepas diri darinya dan terbebas dari tuduhan.” [Miizaan Al-I’tidaal 1/305; Al-Mughniy fi Adh-Dhu’afaa’ no. 471; Lisaan Al-Miizaan no. 944; Al-Maudhuu’at Al-Kubra 1/122; Al-Abaathill wa Al-Manaakiir hal. 82]

Hadits ini hadits dusta, palsu, baathil, kedustaan yang berlipat-lipat kepada para syaikh (ulama-ulama hadits) dan tidak ada asal-usulnya sama sekali dari hadits Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam.

Tanbiih :

Walaupun sudah jelas bahwa hadits diatas adalah hadits dusta, namun sifat “nuzul” Allah Ta’ala adalah hal yang telah shahih dari hadits Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam dan wajib diimani oleh setiap muslim yang mengakui Allah Ta’ala adalah Tuhannya dan Rasulullah Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam sebagai Nabinya, tanpa membayangkan kaifiyah nuzulNya, tanpa tahrif dan tanpa tamtsil :

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ وَأَبِي عَبْدِ اللَّهِ الْأَغَرِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullaah bin Maslamah, dari Maalik, dari Ibnu Syihaab (Az-Zuhriy), dari Abu Salamah dan Abu ‘Abdillaah Al-Aghar, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Rabb kita Tabaaraka wa Ta’aala turun di setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan Dia berfirman, “Siapa yang berdo’a kepadaKu pasti akan Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepadaKu pasti akan Aku penuhi dan siapa yang memohon ampun kepadaKu pasti akan Aku ampuni.”
[Shahiih Bukhaariy no. 1145; Shahiih Muslim no. 758]

Terlihat jelas bedanya bahwa hadits shahih hanya menyebutkan sifat nuzul Allah Ta’ala pada tiap-tiap malam (bukan hanya Jum’at malam) pada sepertiga malam terakhir tanpa menyebutkan kaifiyahnya kemudian firmanNya bahwa sesiapa hamba yang berdo’a di waktu-waktu yang penuh berkah tersebut maka do’anya akan diijabah dan hamba yang memohon ampun maka dosanya akan diampuni. Sementara dalam hadits palsu diatas selain menyebutkan nuzulnya Allah, maka ia juga menyebutkan kaifiyahnya secara baathil tanpa ada dasarnya dari Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi yang shahih dan ini jelas suatu kedustaan kepada agama dan menyerupai madzhab mujassimah/musyabbihah yang menyamakan Allah Ta’ala dengan kaifiyah makhlukNya, wal’iyadzubillah! Selain kedustaan ini, masih ada kedustaan yang lain yang nampak jelas bagi para ulama hadits yaitu kedustaan yang diatas namakan kepada para perawi yang telah dikenal umat sebagai para tsiqah mu’tamad yang ‘amanah, tidak mungkin berdusta (semisal Imam Ath-Thabaraaniy, ‘Abdullaah bin Ahmad, Ahmad bin Hanbal dst), mereka jelas berlepas diri dari hadits ini dan tidak layak mereka mendapat tuduhan, semoga Allah Ta’ala memuliakan mereka. Dan kerusakan yang paling parah adalah kedustaan atas nama Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam serta kezhaliman akan sifat-sifat Allah Ta’ala yang Maha Mulia.

Allaahu a’lam.awas-hadist-palsu007

 

Satu tanggapan »

  1. cenfarcare berkata:

    Reblogged this on blok.

    Suka

Tinggalkan komentar