Celaan Imam Syafi’i terhadap kelompok Sufi (tasawuf)


Perkataan Ulama Tentang Sufi

Penulis: Al-Ustadz Abu Abdillah Abdurrahman Mubarak

Celaan Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu terhadap shufiyah

Shufiyah bukanlah pengikut Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu. Di antara buktinya adalah banyaknya celaan dari Al-Imam Asy-Syafi’i dan lainnya terhadap mereka.

Al-Imam Al-Baihaqi rahimahullahu meriwayatkan dengan sanadnya sampai Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu: “Jika seorang belajar tasawuf di pagi hari, sebelum datang waktu dhuhur engkau akan dapati dia menjadi orang dungu.”

Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu juga mengatakan, “Aku tidak pernah melihat seorang shufi yang berakal. Seorang yang telah bersama kaum shufiyah selama 40 hari, tidak mungkin kembali akalnya.”

Beliau juga berkata, “Azas (dasar shufiyah) adalah malas.” (Lihat Mukhalafatush Shufiyah lil Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu hal. 13-15)

Beliau menamai shufiyah dengan kaum zindiq. Kata beliau rahimahullahu, “Kami tinggalkan Baghdad dalam keadaan orang-orang zindiq telah membuat-buat bid’ah yang mereka namakan sama’ (nyanyian sufi, red.).”

Asy-Syaikh Jamil Zainu berkata, “Orang-orang zindiq yang dimaksud Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu adalah kaum shufiyah.” (Lihat Shufiyah fi Mizan Al-Kitabi was Sunnah)

Celaan Al-Imam Malik rahimahullahu terhadap shufiyah

At-Tunisi mengatakan: Kami berada di sisi Al-Imam Malik, sedangkan murid-murid beliau di sekelilingnya. Seorang dari Nashibiyin berkata: “Di tempat kami ada satu kelompok disebut shufiyah. Mereka banyak makan, kemudian membaca qashidah dan berjoget.”

Al-Imam Malik berkata, “Apakah mereka anak-anak?”

Orang tadi menjawab, “Bukan.”

Beliau berkata, “Apakah mereka adalah orang-orang gila?”

Orang tadi berkata, “Bukan, mereka adalah orang-orang tua yang berakal.”

Al-Imam Malik berkata, “Aku tidak pernah mendengar seorang pemeluk Islam melakukan demikian.”

Celaan Al-Imam Ahmad rahimahullahu terhadap shufiyah

Beliau ditanya tentang apa yang dilakukan shufiyah berupa nasyid-nasyid dan qashidah yang mereka namakan sama’. Beliau berkata, “Itu adalah muhdats (perkara baru yang diada-adakan dalam Islam).” Ditanyakan kepada beliau, “Apakah boleh kami duduk bersama mereka?” Beliau menjawab, “Janganlah kalian duduk bersama mereka.”

Beliau berkata tentang Harits Al-Muhasibi –dia adalah tokoh shufiyah–, “Aku tidak pernah mendengar pembicaraan tentang masalah hakikat sesuatu seperti yang diucapkannya. Namun aku tidak membolehkan engkau berteman dengannya.”

Celaan Al-Imam Abu Zur’ah rahimahullahu terhadap shufiyah

Al-Hafizh berkata dalam Tahdzib: Al-Bardza’i berkata, “Abu Zur’ah ditanya tentang Harits Al-Muhasibi dan kitab-kitabnya. Beliau berkata kepada penanya, ‘Hati-hati kamu dari kitab-kitab ini, karena isinya kebid’ahan dan kesesatan. Engkau wajib berpegang dengan atsar, akan engkau dapati yang membuatmu tidak membutuhkan apapun dari kitab-kitabnya’.”

Celaan Al-Imam Ibnul Jauzi rahimahullahu terhadap shufiyah

Beliau berkata, “Aku telah menelaah keadaan shufiyah dan aku dapati kebanyakannya menyimpang dari syariat. Antara bodoh tentang syariat atau kebid’ahan dengan akal pikiran.”

Marwan bin Muhammad rahimahullahu berkata:

“Tiga golongan manusia yang tidak bisa dipercaya dalam masalah agama: shufi, qashash (tukang kisah), dan ahlul bid’ah yang membantah ahlul bid’ah lainnya.”

(Lihat Mukhalafatush Shufiyah, hal.16-18)

Sumber : www.asysyariah.com

 

Sumber : http://muwahiid.wordpress.com/2010/02/02/celaan-imam-syafii-terhadap-kelompok-sufi-tasawuf/

Satu tanggapan »

  1. SufiMuda berkata:

    Yang ditolak adalah orang-orang yang menyimpang dari ajaran Tasawuf sementara ajaran tasawuf yang benar adalah ajaran yang dilakukan oleh para Ulama2 besar dari dulu sampai sekarang :
    Imam Syafi’i berkata : ”Aku bersama orang sufi dan aku menerima 3 ilmu:
    1. Mereka mengajariku bagaimana berbicara
    2. Mereka mengajariku bagaimana memperlakukan orang dengan kasih dan hati lembut..
    3. Mereka membimbingku ke dalam jalan tasawuf.

    Imam Ahmad bin Hambal : “Ya walladee ‘alayka bi-jallassati ha’ula’i as-Sufiyya. Fa innahum zaadu ‘alayna bikathuratil ‘ilmi wal murqaba wal khashiyyata waz-zuhda wa ‘uluwal himmat (Anakku jika kamu harus duduk bersama orang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka tetap mengingat Allah dalam hati mereka. Mereka orang-orang zuhud dan mereka memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi,” –Tanwir al-Qulub, p. 405, Shaikh Amin al-Kurdi)

    Demikian, mari kita perkuat ukuwah islamiyah diantara kita dengan silaturahmi. Mohon maaf jika komentar saya kurang berkenan…

    Suka

  2. Maman Kunjeri berkata:

    BENARKAH IMAM SYAFI’I MENCELA TASAWUF DAN PARA SUFI ?
    saya (ustad husain ardilla) gerah dengan majalah majalah wahabi yang kerap melaknat NU dengan data data palsu
    Di kalangan para penganut Faham Wahabi terutama Salafi-nya, selalu ngoceh di mana-mana, di radio, majalah, dan internet, bahwa menurut mereka, Imam Syafi’i mencela ilmu tasawuf dan para Sufi (pelaku Ilmu tasawuf). Benarkan Imam syafi’i berbuat demikain, atau itu cuma sekedar salah paham akibat belajar ilmu dari sumber yang salah? Atau mungkin bahkan hal itu sengaja dilontarkan untuk memfitnah ilmu tasawuf dan para sufinya? Wallohu a’lam.
    Di sini akan disajikan fakta-fakta mengenmai permasalahan ini, semoga dengan FAKTA ini, tidak ada lagi yang salah faham dengan maksud Imam Syafi’i yang tercatat dalam kitab Manaqib Al Imam as-Syafi’i karya Imam Baihaqi. Dari buku ini jelas-jelas terbukti bahwa beliau mencela itu ditujukan hanya kepada oknum sufi dan bukan sufi yang sesungguhnya. Justru Iam Syafi’i juga terbukti memuji kepada para sufi, begitlah fakta yang sebenarnya.
    Memang di beberapa tempat, Imam As Syafi’i telah memberi penilaian terhadap para sufi. Dan yang sering dinukil dari perkataan beliau mengenai sufi bersumber dari Manaqib Al Imam As Syafi’i yang ditulis oleh Imam Al Baihaqi.
    Di dalam kitab itu, Imam As Syafi’i menyatakan, “Kalau seandainya seorang laki-laki mengamalkan tashawuf di awal siang, maka tidak tidak sampai kepadanya dhuhur kecuali ia menjadi hamqa (kekurangan akal).” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)
    Beliau juga menyatakan: ”Aku tidak mengetahui seorang sufi yang berakal, kecuali ia seorang Muslim yang khawwas.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)
    Beberapa pihak secara tergesa-gesa menyimpulkan dari perkataan di atas bahwa Imam As Syafi’i mencela seluruh penganut sufi. Padahal tidaklah demikian, Imam As Syafi’i hanya mencela mereka yang menisbatkan kepada tashawuf namun tidak benar-benar menjalankan ajaran ilmu tasawwuf tersebut.
    Dalam hal ini, Imam Al Baihaqi menjelaskan,”Dan sesungguhnya yang dituju dengan perkataan itu adalah siapa yang masuk kepada ajaran sufi namun mencukupkan diri dengan sebutan daripada kandungannya, dan tulisan daripada hakikatnya, dan ia meninggalkan usaha dan membebankan kesusahannya kepada kaum Muslim, ia tidak perduli terhadap mereka serta tidak mengindahkan hak-hak mereka, dan tidak menyibukkan diri dengan ilmu dan ibadah, sebagaimana beliau sifatkan di kesempatan lain.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/208)
    Jelas, dari penjelasan Imam Al Baihaqi di atas, yang dicela Imam As Syafi’i adalah para sufi yang hanya sebatas pengakuan (sufi gadungan) yang tidak mengamalkan ajaran sufi yang sesungguhnya.
    Imam As Syafi’i juga menyatakan: ”Seorang sufi tidak menjadi sufi hingga ada pada dirinya 4 perkara, malas, suka makan, suka tidur dan berlebih-lebihan.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)
    Imam Al Baihaqi menjelaskan maksud perkataan Imam As Syafi’i tersebut, ”Sesungguhnya yang beliau ingin cela adalah siapa dari mereka yang memiliki sifat ini. Adapun siapa yang bersih kesufiannya dengan benar-benar tawakkal kepada Allah Azza wa Jalla, dan menggunakan adab syari’ah dalam muamalahnya kepada Allah Azza wa Jalla dalam beribadah serta mummalah mereka dengan manusia dalam pergaulan, maka telah dikisahkan dari beliau (Imam As Syafi’i) bahwa beliau bergaul dengan mereka dan mengambil (ilmu) dari mereka. (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)
    Kemudian Imam Al Baihaqi menyebutkan satu riwayat, bahwa Imam As Syafi’i pernah mengatakan, ”Aku telah bersahabat dengan para sufi selama sepuluh tahun, aku tidak memperoleh dari mereka kecuali dua huruf ini,”Waktu adalah pedang” dan “Termasuk kemaksuman, engkau tidak mampu” (maksudnya, sesungguhnya manusia lebih cenderung berbuat dosa, namun Allah menghalangi, maka manusia tidak mampu melakukannya, hingga terhindar dari maksiat).
    Jelas dalam bukunya tersebut, Imam Al Baihaqi memahami bahwa Imam As Syafi’i mengambil manfaat dari para sufi tersebut. Dan beliau menilai bahwa Imam As Syafi’i mengeluarkan pernyataan (yang bernada mencela) di atas karena prilaku mereka yang mengatasnamakan sufi namun Imam As Syafi’i menyaksikan dari mereka hal yang membuat beliau tidak suka. (lihat, Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)
    Bahkan Ibnu Qayyim Al Jauziyah menilai bahwa pernyataan Imam As Syafi’i yang menyebutkan behwa beliau mengambil dari para sufi dua hal atau tiga hal dalam periwayatan yang lain, sebagai bentuk pujian beliau terhadap kaum Sufi, ”Wahai, bagi dua kalimat yang betapa lebih bermanfaat dan lebih menyeluruh. Kedua hal itu menunjukkan tingginya himmah dan kesadaran siapa yang mengatakannya. Cukup di sini pujian As – Syafi’i untuk kelompok tersebut sesuai dengan bobot perkataan mereka.” (lihat, Madarij As Salikin, 3/129)
    Imam As Syafi’i Memuji Ulama Sufi
    Bahkan di satu kesempatan, Imam As Syafi’I memuji salah satu ulama ahli qira’ah dari kalangan sufi. Ismail bin At Thayyan Ar Razi pernah menyatakan, ”Aku tiba di Makkah dan bertemu dengan As Syafi’i. Ia mengatakan,’Apakah engkau tahu Musa Ar Razi? Tidak datang kepada kami dari arah timur yang lebih pandai tentang Al Qur`an darinya.’Maka aku berkata,’Wahai Abu Abdillah sebutkan ciri-cirinya’. Ia berkata,’Berumur 30 hingga 50 tahun datang dari Ar Ray’. Lalu ia menyebut cirri-cirinya, dan saya tahu bahwa yang dimaksud adalah Abu Imran As Shufi. Maka saya mengatakan,’Aku mengetahunya, ia adalah Abu Imran As Shufi. As Syafi’i mengatakan,’Dia adalah dia.’” (Adab As Syafi’i wa Manaqibuhu, hal. 164)
    Walhasil, Imam As Syafi’I disamping mencela sebagian penganut sufi beliau juga memberikan pujian kepada sufi lainnya. Dan Imam Al Baihaqi menilai bahwa celaan itu ditujukan kepada mereka yang menjadi sufi hanya sebatas sebutan tidak mengamalkan ajaran sufi yang sesungguhnya dan Imam As Syafi’i juga berinteraksi dan mengambil manfaat dari kelompok ini. Sedangkan Ibnu Qayyim menilai bahwa Imam As Syafi’i juga memberikan pujian kepada para sufi.
    Dengan demikian, pernyataan yang menyebutkan bahwa Imam As Syafi’i membenci total para sufi tidak sesuai dengan fakta sejarah biografinya, juga tidak sesuai dengan pemahaman para ulama mu’tabar dalam memahami perkataan Imam As Syafi’i.
    Rujukan:
    1. Manaqib Al Imam As Syafi’i, karya Al Baihaqi, t. As Sayyid Ahmad Shaqr, cet.Dar At Turats Kairo, th.1390 H.
    2. Madarij As Salikin, karya Ibnu Qayyim Al Jauziyah, cet. Al Mathba’ah As Sunnah Al Muhamadiyah, th. 1375 H.
    3. Adab As Syafi’I wa Manaqibuhu, karya Ibnu Abi Hatim Ar Razi, cet. Dar Al Kutub Al Ilmiyah, th. 1424 H.

    Suka

    • BUDHI LAKSONO berkata:

      Kalau ini sih palsu nggak bung
      Segala celotehanmu tak akan mengusik keteguhanku untuk berpegang pada tali agama Allah yang kalian sebut sebagai “Wahabi”.
      Alhamdulillahirrabil alamin, syukur ya Allah orang-orang yang berusaha mengikuti-Mu dan Sunnah Rasul-Mu disebut Wahabi.. Alhamdulillah sekali lagi ya Allah ternyata para pelacur, mucikari, perampok, dukun, kyai dukun, bandar togel, pezina, sebagian koruptor, penjudi yang mengaku Islam sangat-sangat malu dibilang Wahabi, mereka lebih nyaman di bilang Islam NU. alhamdulillah ya Allah, bukti dilapangan sudah jelas mana yang mengikuti-Mu dan Rasul-Mu, para ustadz NU istrinya kalau di rumah tidak berjilbab, menemui tamu juga tidak berjilbab karena jilbab katanya budaya Arab.
      Alhamdulillah ya Allah kami di bilang Wahabi karena waktu mendirikan Masjid tidak meminta-minta sumbangan dijalan-jalan, tidak mengecerkan kalender dari rumah ke rumah, tidak menjual stiker-stiker yang berisikan sholawat-sholawat yang tidak diajarkan Rasul-Mu.
      Alhamdulillah ya Allah kita disebut Wahabi ketika sholat berjamaah shafnya lurus dan rapat, sedangkan NU shafnya berantakan dan shaf bagian belakang sering cekikian. Ya Allah alhamdulillah saya menemukan blog yang mengupas tuntas fakta di lapangan tentang akidah NU yang katanya Ahlussunnah Waljamaah sebatas pengakuan saja, tapi amalannya menyelisihi Rasul-Mu,
      Monggo diwaos

      Beberapa Keterangan Mengenai Penyimpangan Makar ASWAJA


      Wonten malih niki mas admin jangan dihapus ya biar yang cerdas membaca,

      Ushul, usul dan makar NU yang ana tahu


      Monggo dipun sekecaaken, jangan sungkan-sungkan ini fakta :

      Mereka kira NU adalah Al Jama’ah dan As Sawaadul a’dhom


      Jangan sembunyikan yah fakta ini, ini sesuai analisis saya selama mengikuti ritual ala NU yang penuh tanda tanya, ternyata analisisku sama dengan yang di blog ini.

      Makna Kalimat “Laa ilaaha illaLLOH” bagi NU


      Mau berargumen miring model apapun pada wahabi, gak ngaruh dengan saya yang sudah muak dengan semua ritual NU, ternyata kita (dulu) cuman jadi tunggangan2 kyai-kyai rakus kehormatan, uang, kebesaran. Alhamdulillah dengan adanya blog2 macam ini seperti Salafytobat, Abu Salafy, NU Online yang banyak mendiskreditkan wahabi bikin saya penasaran, eh eh eh eh ternyata blog macam ini isinya cuman bualan, gak ada yang nyata, faktanya setelah cek dan ricek sendiri tidak sesangar yang dikabarkan blog macam ini. Blog ini sih lebih suka mengambil kabar dari Syi’ah dan Kafir dari pada dari Wahabi meski hadits seshahih apapun. Bye….bye…….NU. Terima kasih atas jasanya mengantarkanku pada paham Wahabi. Berjuanglah terus mendiskreditkan, menghujat, memaki, mentajir wahabi, biar pada penasaran nanti seperti saya malah kepencut dengan dakwah wahabi. Suwun, thank you, arigato…..

      Suka

  3. sudah di pastikan,pemilik blog ini wahabi :)))

    Suka

Tinggalkan komentar